Sempat di-interview detik.com untuk analisis video “deklarasi” Ridwan Kamil ini : https://20.detik.com/detikflash/20220118-220118169/ridwan-kamil-sudah-siap-lahir-batin-maju-di-pilpres-2024
Berikut paparan saya yang lebih detil.
Pertama, ini jelas sudah satu “kemajuan” karena bulan Juni 2021 lalu, Ridwan Kamil malah terang-terangan menyatakan lebih realistis untuk Jabar 2 periode daripada nyapres : https://news.detik.com/berita/d-5598515/ridwan-kamil-ngaku-lebih-realistis-2-periode-di-jabar-dibanding-nyapres .
Untuk itulah, saya sengaja menggunakan tanda kutip pada kata “deklarasi”.
Kenapa ? Karena menurut saya, ini tidak seperti “deklarasi” seperti yang biasa dilakukan oleh seorang Capres / Cawapres. Ini lebih mirip sebuah jawaban atas pertanyaan wartawan dalam sebuah konteks : acara di Bali ( con papua ). Bayangan saya, koreksi bila salah, deklarasi itu lebih mirip preskon dengan agenda spesifik yaitu Deklarasi Capres.
Kedua, analisis saya adalah “deklarasi” ini seperti JAWABAN Ridwan Kamil terhadap pihak-pihak termasuk partai dan Jokowi tentang keinginan politik nya ( ambisi politik ).
Konteks momen deklarasi ini menjadi unik karena :
- Dilakukan beberapa hari setelah Presiden mengumumkan kriteria Kepala Ibukota Baru yaitu seorang berlatar belakang arsitek. Dan nama Ridwan Kamil menjadi salah satu dugaan.
- Dilakukan di Kandang Banteng ( PDIP ) yaitu di Bali.
- Dilakukan dalam acara dengan masyarakat di luar Jawa yaitu Papua.
- Dilakukan menggunakan protokol interview dengan pakaian batik bercorak Mega Mendung yang biasanya merupakan Batik Pekalongan. Namun, coraknya menyerupai Cakra yang tersentral di tengah pakaian.
Konten nya pun unik yaitu :
- Menyatakan diri siap, tapi belum ngomong langsung dengan partai-partai
- Menyatakan diri “siap kawin” bahkan “kawin paksa” dengan siapapun
Jadi, menurut pendapat saya, Ridwan Kamil ingin memberi pesan kepada Partai-Partai terkait dengan Ambisi Politiknya yang selama ini tidak pernah secara resmi diumumkan ke media dan masyarakat serta (mungkin) parpol secara luas. Dan karena dekat sekali dengan keputusan Jokowi soal kepala ibukota baru, Ridwan Kamil ingin memberi pesan agar pertimbangan “ambisi politiknya” ini masuk di dalam keputusan politik Jokowi dan Parpol-Parpol pendukung untuk memilih beliau sebagai Kepala Ibukota Baru.
Ketiga, mengenai kesiapan Ridwan Kamil, apakah betul 100% siap ?
Dari micro gesture analysis pada pergerakan jari dan telapak tangan serta perubahan posisi tubuh, termasuk pundak saat menjawab pertanyaan wartawan tentang kesiapan beliau, saya menilai kesiapan ini lebih kepada kesiapan tekad untuk menjadi bacalon ( bakal calon ).
Dan ini juga bisa kita artikan dari pernyataan soal “kawin paksa”. Artinya, Ridwan Kamil merasa bahwa 2024 ini adalah kesempatan tersisa bagi karir politiknya. Jadi, mau itu menjadi Capres ataupun Cawapres, pokoke sudah nyiapin tekad untuk “berkompetisi” dengan sejumlah bacalon parpol-parpol hingga akhirnya resmi jadi Calon dari Parpol-Parpol tersebut. Jadi, pernyataan “kompetisi” dan “dapat emas atau perak” itu lebih kepada proses seleksi bacalon yang dimaksud.
Pernyataan ini tentu pernyataan “sadar diri” yang mana : Ridwan Kamil sadar bahwa dirinya tidak memiliki elektabilitas setinggi Prabowo, Ganjar, dan Anies. Beliau juga tidak memiliki kendaraan politik seperti Prabowo dan Giring. Bahkan dukungan parpol kepada beliau tidak sebesar dukungan terhadap Ganjar, Anies dan bahkan Puan sekalipun. Bargaining power beliau tidaklah sekuat mereka. Itu sebabnya, beliau menggunakan istilah “kompetisi” dan “emas / perak” agar bisa terpilih dulu di antara para Bacalon lainnya. Entah siapa parpolnya, memang, masih sangat “wait n see” karena posisi elektabilitas serta dukungan parpol langsung tersebut.
Jadi, dari mengatakan “lebih realistis Jabar periode 2x” hingga sekarang : dimana saya terjemahkan bebas seperti menyatakan “Pokeke saya mau kawin. Kawin sama siapa aja ( kawin paksa ) . Saya ndak neko-neko karena parpol lebih berwenang dari Saya. Dan pokeke coba ditimbang2 dalam keputusan penentuan Kepala Ibukota Baru.”, ini lebih mungkin dikatakan sebuah langkah awal dalam sebuah “kompetisi”, yaitu memutuskan “mau ikutan main”.
Artinya, masih panjang sekali “deklarasi” sesungguhnya seorang Ridwan Kamil ini. Yang penting, niat sudah disampaikan. Dan “niat ambisi” ini hendaknya jadi pertimbangan parpol bila mau memilih beliau menjadi Kepala Ibukota Baru. Yang mana walaupun tidak terang-terangan disampaikan, akan tetapi : memberi pesan jelas bahwa beliau inginnya masuk menjadi bacalon capres/cawapres.
Ehem …
1 minggu setelah paragraf-paragraf di atas dipublish pertama kali, kok nampaknya Ridwan Kamil sudah menyadari bahwa : “deklarasi”nya tidak bergema. Ademmmmm ayem kecuali Parpol PKS yang terus menerus men-support.
Dan pada tgl yang sama ( 29 Jan ), RK kok malah memuji AB soal JIS ? Sama seperti Parpol PKS membela AB soal JIS ?
Jadi, RK bakal mengarah jadi bacalonwapres AB ?
Hm… kalo dugaan ngawur di atas memang mengindikasikan demikian, ndak heran kalo ada perubahan drastis dari Tindakan Jkw terkait calon pemimpin ibukota baru. Beliau awalnya menyebut kriteria, dan kemudian terjadilah “deklarasi” di atas, dannnn…. Beliau memutuskan membentuk team kecil, dannnnnnnn …. nama AHOK pun muncul.
Ehem… Kalo AHOK muncul sebagai kandidat kuat, RK gimana ?
tapi kalo RK ditunjuk jadi kepala ibukota baru, karir nya sebagai bacalon wapres gimana ?
Dan kemudian muncullah video yang ramai itu. Selain “jin buang anak”, ada 1 kata lagi yang sangat bold sekali, yaitu CINA. Tiba-tiba keputusan pemindahan ibukota yang sudah di-approved DPR dan parpol2 di dalamnya kok jadi isu ? Apakah betul keputusannya itu ? Atau soal calon kuat PEMIMPIN nya yang memang sedang hangat dibicarakan ? ( dimana RK dan AHOK ada di dalam list nya )
Kalo melihat pergerakan di atas, jangan-jangan memang bukan RK yang terpilih jadi pimpinan ibukota baru ? dan memang RK belum masuk bacalon wapres parpol yang diharapkannya, sebutlah misalnya PDIP ?
apakah jangan2 karena “deklarasi” ini tidak bergema dalam 1 minggu, dan Parpol PKS yang merangkul, bukan PDIP misalnya, maka : kemungkinan akan fokus pada Jabar dua periode, menolak penunjukan sebagai Kepala Ibukota Baru, dan kemudian merapat ke Parpol PKS dan AB sebagai calon wapres ?
atau sebaliknya ? Gegara “deklarasi” tersebut, maka Jkw membuat team kecil menggodok calon pemimpin ibukota baru. Sekalipun tanpa latar belakang arsitek ? Karena dugaan saya, parpol tentu tidak ingin seseorang terpilih sebagai Kepala Ibukota Baru ini malah nyapres / nyawapres di parpol lain. Jadi, kemungkinan siapapun yang dipilih, kemungkinan adalah orang yang ndak akan nyapres / nyawapres nanti.
Apa saya mengkhayal dengan dugaan2 di atas ?
Hehehe… Mungkin yak. Saya kan bukan pengamat politik. Dan analisis ini juga bukan analisis politik. Hanya mengamati perilaku saja kok.
#handokogani
Tinggalkan Balasan