Sebagaimana diberitakan, Giring Ganesha kerapkali menyindir Anies termasuk ketika merekam dirinya terperosok ke dalam lumpur pada lahan yang rencananya dipakai untuk helatan Formula E 2022 di Ancol, Jakarta.
Dan kali ini sempat heboh juga, Anies mengundang Nidji, band yang membesarkan nama Giring dan kemudian mengatakan :
“Spektakuler! Melihat penampilan band Nidji saat uji coba sound system JIS semalam, sambil inspeksi 93 persen ketuntasan pembangunan stadion. Musiknya menggelegar, suaranya merdu, tidak ada sumbang-sumbangnya”
Analis politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, menilai bahwa pesan tersebut jelas merupakan sindiran kepada Giring Ganesha, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang merupakan eks vokalis Nidji.
Mungkin ada yang menilai analisis Pak Adi Prayitno berlebihan.
Namun, saya sepakat. Berbicara tentang mengundang band papan atas sebagai kegiatan perdana JIS, Indonesia memiliki begitu banyak band papan atas. Namun, pilihan justru jatuh ke Nidji.
JIS ini juga sedang menjadi pembicaraan hangat ketika Mustofa justru meminta agar CCTV dipasang di JIS karena kuatir Pembenci Anies akan merusak JIS.
Nah, yang menarik dan mau saya bahas adalah NIDJI.
Pertama, apakah NIDJI tidak menyadari kemungkinan Band nya digunakan sebagai “alat komunikasi untuk menyindir Giring” ?
Kedua, kalo NIDJI tidak menduga menjadi “alat menyindir Giring”, apakah NIDJI diam saja tanpa memberi klarifikasi ? Sebaliknya, kalau NIDJI menyadari resiko ini, apakah NIDJI memiliki maksud politis tertentu sebagai Band Follower Anies ?
Saat kampanye Jokowi nyapres dulu, kita tahu ada beberapa band papan atas yang diduga memihak beliau. Salah satunya adalah Slank. Nah, apabila NIDJI memang memiliki maksud politis tertentu, apakah NIDJI akan menjadi “Slank” Anies ?
Kita masih menanti-nanti bagaimana respon NIDJI. Atau justru sebaliknya, NIDJI akan membiarkan isu ini “terbang” begitu saja.
Saya mengingatkan NIDJI bahwa follower Jokowi, Anies, Ahok, Ganjar, dst nya adalah seperti halnya follower-follower sepakbola.
Kita sudah melihat dampaknya kepada beberapa portal berita dan stasiun TV, antara lain : Metro TV vs TV One.
Nah, hal sama bisa berdampak kepada keseluruhan image NIDJI dan keberlangsungan NIDJI selepas Giring mengundurkan diri – berapa tahunpun itu, selama Giring dan Anies masih saling berlawanan-politik.
Konsekuensi tentu ada. Keuntungan juga ada.
Namun, di tengah-tengah pembentukan format baru dengan Ubay sebagai Lead Singer, maka : resiko itu menjadi sangat besar. Pergantian Lead Singer itu sendiri sudah besar resikonya. Sekarang, ditambah lagi dengan “berafiliasi politik” (seandainya benar).
Nah, alangkah baiknya, bila memang NIDJI bermaksud profesional, mereka memilih mengundurkan diri atau memberikan klarifikasi terkait dugaan menjadi Band Politis Anies.
Oke, NIDJI ?
Sukses ya dengan format baru nya !
Handoko Gani
Tinggalkan Balasan