Barusan saja saya dihubungi wartawan detikcom untuk menanyakan tanggapan saya terkait gestur dan ekspresi wajah Bpk Edy di https://youtu.be/rh4-SHQI9Xo sebagaimana diliput juga di : https://news.detik.com/berita/d-5911628/edy-mulyadi-minta-maaf-soal-tempat-jin-buang-anak-bawa-bawa-monas
Saya katakan bahwa :
1) Penyesalan itu adalah sebuah perasaan yang tidak memiliki sebuah standar universal dalam ekspresi wajah dan gesture. Ada orang yang menyesal sambil menangis, ada yang hanya menunduk saja. Ada juga orang yang sama ketika menyatakan menyesal melakukan perbuatan A sambil menangis, sementara saat menyatakan menyesal melakukan perbuatan B hanya terlihat lebih masam dan sedikit lesu serta menunduk. Jadi, diharap untuk tidak mengevaluasi penyesalan dalam video tersebut dengan interpretasi pribadi atau kelompok.
2) Kalau definisi kita tentang video penyesalan adalah sebuah video dengan agenda utama dan satu2nya adalah penyesalan, maka video ini tidak demikian.
Video ini lebih mengarah kepada video yang :
1) membela diri dan menjelaskan makna kata “jin buang anak” , baik yang terucap dari mulut Pak Edy ataupun tokoh2 dengan latar belakang : Kalimantan, yang berusaha menunjukkan bahwa mereka tidak merasa tersinggung dengan ucapan tersebut.
Jadi, beliau menjelaskan maknanya “jin buang anak” ( kalau di Jakarta ) yaitu sebagai Lokasi Yang Jauh, dan tidak bermaksud menyinggung siapapun, dan pernyataan itu ditegaskan juga oleh Tokoh2 Kalimantan di samping2 beliau yang merasa memahami maknanya dan tidak merasa ucapan tersebut bermasalah atau menyinggung Kalimantan ( “Ini kan omongan standar”). Nah, kalo ternyata waktu di video yang diperkarakan itu disalahpahami dan akhirnya membuat tersinggung, beliau meminta maaf.
Ini menjadi menarik karena di video ini juga mempertanyakan siapa AUDIENCE target permintaan maaf ini siapakah ? ( ada yang berusaha MEMAINKAN isu ini ? ). Bahkan sempat dicelukkan tentang hal ini di video youtube ini : “Orang Kalimantan Yang Seperti Apa Yang Merasa Terganggu ?“
2) mengajak masyarakat termasuk masyarakat Kalimantan untuk fokus pada tujuan / esensi dari video yang diperkarakan tersebut yaitu terkait keputusan pemindahan ibukota negara. Ini tersirat dari ucapan Dr. Muh. Uhaib As’ad, MSI, Dosen FISIP Universitas Islam Kalimantan.
Ini menarik juga di sisi lain, karena Beliau ini berbicara atas nama pribadi ataukah atas nama instansi ? Video ini belum menjelaskan hal ini. Dugaan adalah beliau berbicara atas nama pribadinya. Namun, ketika seseorang dengan latar belakang akademisi dihadirkan dalam video isu ini, tentu ada pertimbangannya.
Demikian penjelasan saya. Saya berharap agar isu ini segera bisa selesai. Yang terbaik bagi Pak Edy Mulyadi, bagi rekan2 Kalimantan, dan bagi masyarakat Indonesia. Per Tanggal 31 Januari, Beliau resmi ditahan sebagai Tersangka Kasus ini (Sumber : https://news.detik.com/berita/d-5922813/ini-alasan-polisi-langsung-tahan-edy-mulyadi-tersangka-ujaran-kebencian)
Oya, satu lagi, kalo berbicara tentang keputusan pemindahan ibukota ke Kalimantan sebetulnya memang sudah lama isunya dan sudah disepakati DPR yang berisi perwakilan parpol. Saya cari-cari isu yang terdekat adalah soal Pemimpinnya. Apakah ada kaitannya ? Khususnya kata CINA.
Eh ngomong2 AHOK, sebagai salah satu calon pemimpin, etnisnya juga Tiongkok kan ya ?
Apakah memang AHOK sulit dibendung kali ini ?
Handoko Gani
Tinggalkan Balasan