Kisah Ario Kiswinar Teguh dan Pak Mario Teguh masih berlanjut.
Saya tertarik menulis artikel topic ini kembali setelah di-interview Intens RCTI kemarin. Mudah2an bahasan ini juga menarik minat Bpk/Ibu untuk belajar analisa mikro ekspresi atau belajar analisa microexpression (analisa ekspresi wajah). Akan semakin baik lagi apabila juga mau belajar ilmu deteksi bohong (lie detector)
——
Masyarakat bingung.
Benarkah Ario adalah anak Pak Mario Teguh ?
Dalam video interview dengan Kompas TV, Pak Mario Teguh mengatakan bahwa ia tidak mengakui Ario sebagai anaknya karena menurut istri-nya (Ibu Ario), Ario bukan anak kandung nya, walaupun secara surat-surat resmi tertulis Ario adalah anak kandung Pak Mario Teguh (Cek analisa saya di: http://wp.me/p4S2VJ-oL)
Sedangkan, di video pertama yang memancing Pak Mario Teguh untuk mengklarifikasi di Kompas TV tersebut, Ario berani mengatakan bahwa ia anak kandung Mario Teguh yang tidak diakui, sekalipun ada keraguan pada gerakan head-nodding dan hand-gesture di sofa (Cek analisa saya di: http://wp.me/p4S2VJ-of)
Dan juga muncul video keraguan Pak Mario Teguh pada surat-surat Ario Kiswinar Teguh dan “tantangan” beliau ke Ario untuk melakukan Test DNA, dimana kemudian diklarifikasi oleh Ario bahwa Pak Mario Teguh pernah menolak Test DNA pada tahun 1997. Belum ada bantahan dari Pak Mario Teguh terkait klarifikasi Ario ini.
Terakhir adalah video pengakuan Bu Permata Kumara Teguh (dipanggil sebagai Bu Kumkum), adik kandung dari Mario Teguh, bahwasana adalah Pak Mario Teguh yang meminta poligami, namun tidak diizinkan istri (Ibu Ario) dan akhirnya bercerai & beberapa tahun kemudian menikah kembali.
Benarkah Ario adalah anak Pak Mario Teguh ?
Pengakuan Ario kepada Deddy Corbuzier adalah pengakuan yang jujur. Artinya: yang diyakini Ario selama bertahun-tahun adalah Pak Mario Teguh ayah nya. Keyakinan ini terwujud di dalam pengakuan Ario di video tersebut, dimana Anda harus tahu bahwa bila kita sudah mempercayai sesuatu sebagai satu keyakinan/kebenaran, maka di organ tubuh Anda tidak akan memancarkan ekspresi kebohongan, baik dalam kanal verbal maupun nonverbal. Termasuk, bila keyakinan tersebut adalah keyakinan yang salah.
Begitu juga dengan keyakinan yang dimiliki oleh Pak Mario Teguh (bila memang benar, Bu Ario pernah mengatakan Ario bukan anak beliau atau bila memang benar, ada perselingkuhan yang dilakukan Ibu Ario). Keyakinan Pak Mario Teguh ini dianggap kebenaran oleh Otak beliau sehingga tidak memancarkan ekspresi kebohongan, baik dalam kanal verbal maupun nonverbal. Sekalipun, bila seandainya pernyataan itu adalah pengakuan bohong Bu Ario sendiri demi mempertahankan hak asuh atas Ario, ataupun ungkapan kesal Bu Ario setiap kali terjadi pertengkaran antara dirinya dan Pak Mario Teguh di masa lalu.
Nah, bila Ario juga mengetahui Pak Mario Teguh dari Ibu-nya (mantan istri Pak Mario Teguh), bukankah harusnya Anda bingung: pengakuan mana yang benar ?
Pengakuan mantan Istri Pak Mario Teguh (Ibu Ario) kepada Pak Mario Teguh: Ario bukan anak-mu
Pengakuan Ibu Ario (mantan istri Pak Mario Teguh) kepada Ario: Mario Teguh adalah anak-mu
Masyarakat masih belum mendengar langsung pernyataan dari Ibu Ario sendiri, bukan ?
Kita harus memberikan hak jawab lho kepada Beliau, karena Beliau “terseret” di dalam statement “Ario bukan Anak Saya” (dari Pak Mario Teguh) ataupun “Ario adalah Anak Mario Teguh (dari Ario).
Dan, tentu saja, saya sebagai Human Lie Detector bisa menginvestigasi Ibu Ario untuk memastikan mana yang benar. Namun, tentu nantinya bisa dianggap “tidak netral” oleh pihak Pak Mario Teguh, karena Ibu Ario kemungkinan besar akan mengatakan Ario adalah anak Pak Mario Teguh. Untuk itulah, memang, yang paling diperlukan adalah pembuktian ada atau tidaknya hubungan darah ayah dan anak, Pak Mario Teguh dan Ario Kiswinar Teguh memang harus melakukan Test DNA.
Namun, belum juga test DNA dilakukan. Muncul bantahan dari Ibu Kumkum, adik kandung dari Pak Mario Teguh sendiri. Beliau memastikan Ario adalah anak Pak Mario Teguh dan sekaligus membantah bahwa Ibu Ario selingkuh. Bu Kumkum malah menyatakan bahwa Pak Mario Teguh sendiri yang meminta poligami, tidak diizinkan mantan istri beliau (Ibu Ario), minta cerai dan akhirnya menikah lagi.
Isu “Pak Mario yang sebetulnya berselingkuh” ini sebetulnya isu “kepagian”, karena seharusnya baru muncul setelah test DNA, apabila test DNA menyatakan bahwa Ario memang anak Pak Mario. Namun, apabila test DNA menyatakan Ario bukan anak Pak Mario, saya rasa permasalahan “siapa ayah kandung Ario Kiswinar Teguh” akan berhenti dengan sendirinya. Masyarakat tidak akan tertarik untuk mengungkap siapa ayah beliau sesungguhnya, bila test DNA menyatakan Pak Mario Teguh bukan anaknya. Lain halnya, bila test DNA membuktikan Ario memang anak Pak Mario Teguh.
Bila test DNA membuktikan Ario memang anak Pak Mario Teguh,
Selain urusan surat keluarga dan harta gono gini, apakah yang bakal terjadi ?
Masyarakat bakal segera melirik kepada isu “Pak Mario yang sebetulnya berselingkuh” yang diungkap oleh Bu Kumkum tersebut di atas.
Dan saya juga langsung penasaran.
Kenapa ?
Saya penasaran mengapa saat Pak Mario mengungkapkan soal perkataan Ibu Ario (Ario bukan anak-mu), tidak ada emosi KEMARAHAN yang kuat dan tidak ada emosi SEDIH, sebagaimana seharusnya muncul ketika seseorang menceritakan kembali peristiwa di masa lalu.
Mengapa saya mencari emosi MARAH yang kuat ?
Emosi KEMARAHAN adalah indikasi penting bagi orang yang diselingkuhi pasangannya dan akhirnya meminta cerai. Semakin kuat emosi kemarahan ini dirasakan, semakin dalam luka yang sebetulnya dirasakan seseorang yang diselingkuhi.
Anda bisa saja mengatakan, bahwa perselingkuhan tersebut sudah dimaafkan dan sudah di-healing. Saya setuju dengan Anda, bila konteks saat memori dan emosi ini dipanggil adalah memori dan emosi “normal”, “relax”, santai, tidak terkait dengan masalah yang pelik, dan sejenisnya. Lain halnya bila konteks saat memori dan emosi ini dipanggil adalah ketika nama baik Anda dipertaruhkan dan Anda harus menyakinkan masyarakat bahwa Anda tidak bersalah. Emosi MARAH karena nama baik dipertaruhkan ini akan bercampur dengan emosi MARAH dari masa lalu, dan menjadikan ekspresi KEMARAHAN yang muncul adalah ekspresi di wajah yang cukup kuat. Wajarnya, demikian.
Anda bisa saja mengatakan bahwa seorang Public Figure seperti Pak Mario Teguh pasti terbiasa mengontrol ekspresinya agar tidak meledak di media public. Saya setuju dengan Anda. bila konteks-nya adalah konteks “isu kecil”, isu “gossip candaan”, dan sejenisnya. Menurut saya, sehebat apapun Anda mengontrol ekspresi Anda di public, wajar bila muncul emosi KEMARAHAN yang kuat di wajah Anda,bila konteks nya adalah “isu luar biasa besar” yang mempertaruhkan nama baik Anda dan periuk dapur Anda.
Wajarnya demikian, dan Anda harus paham dasar dari ilmu ekspresi wajah yang merupakan cabang dari ilmu Psikologi ini. Secara definisi, emosi sendiri adalah feedback otak yang muncul tanpa bisa dikontrol siapapun dan bisa muncul tanpa disadari di organ-organ tubuh, khususnya terlihat di ekspresi wajah. Dalam sejarah ilmu ini, ilmu ini telah diterapkan kepada secret agent, tentara, polisi, jaksa, hakim, presiden hingga orang biasa, bahkan pembunuh, teroris, psikopat, hingga orang Autis dan Asperger. Tidak ada orang “jaim” atau orang yang jago mengontrol emosi, yang bisa lolos dari ilmu ini. Termasuk saya sendiri dan Pak Mario Teguh.
Apakah karena pertanyaan Host kurang bisa memancing munculnya memori dengan emosi MARAH yang kuat ? Pertanyaan tidak tepat memang bisa mendapatkan reaksi pancingan yang juga tidak sesuai keinginan. Saya kembalikan jawaban atas sanggahan ini kepada Anda. Apakah momen nya kurang menggigit untuk memancing reaksi marah yang kuat ? Apakah pertanyaan Host kurang bisa memancing memori dengan reaksi marah yang kuat ?
Sungguh penasaran sekali.
Mengapa saya mencari emosi SEDIH ?
Begini …
Jawaban pertanyaan ini akan terkait hal berikut:
Sekalipun memang benar Ibu Ario yang berselingkuh, Emosi SEDIH ini merupakan indikasi bahwa Pak Mario Teguh masih memiliki ikatan batin rasa sayang seorang (maaf) Mantan Ayah kepada Ario. Rasa sakit (kemarahan) yang muncul karena adanya perselingkuhan adalah antar orang dewasa, antara pria dan wanita, suami dan istri. Bukan antara Orang Tua dan Anak. Sekelompok Masyarakat masih menyakini bahwa sewajarnya masih ada emosi SEDIH meninggalkan anak yang selama ini diasuh sebagai anak sendiri. Dan secara teori yang telah dibuktikan selama bertahun-tahun, emosi SEDIH ini harusnya muncul saat menceritakan kembali alasan mengapa Pak Mario Teguh harus meninggalkan pengasuhan Ario. Saya termasuk dalam kategori kelompok Masyarakat ini, namun saya menghargai Anda bila termasuk di dalam kategori kelompok Masyarakat yang mengatakan bahwa rasa sayang pada Anak bakal langsung terhapus terhilang selama-lamanya ketika tahu bahwa Anak itu bukan Anak Anda. Memang tidak ada standar norma terkait hal ini. Semuanya tergantung kita sendiri.
Di dalam wawancara Pak Mario Teguh dengan Kompas TV, beberapa kali saya menemukan cerita tentang perhatian Pak Mario Teguh kepada Kiswinar muda bahkan sesudah beliau sudah menikah kembali. Saya perlu lebih banyak cerita lagi untuk memastikan ikatan batin rasa sayang Beliau pada Ario. Namun, bila cerita ini benar (karena saya perlu cerita versi orang lain utk bisa seimbang menilai), …. namun bila cerita ini benar, cerita ini cukup untuk menjelaskan adanya kepedulian Pak Mario Teguh kepada Kiswinar muda.
Yang menarik adalah adanya persepsi keyakinan sekelompok masyarakat bahwa biasanya emosi SEDIH tidak akan muncul ketika seorang ayah/ibu berselingkuh dan pergi meninggalkan pasangannya dan anaknya. Dan secara teori emosi dalam psikologi, ketidakadaan emosi SEDIH pada seseorang yang berselingkuh dan meninggalkan anak-istrinya memang suatu kewajaran. Malah, emosi yang muncul bisa jadi adalah emosi GEMBIRA “menang” (bisa menikahi “selingkuhan” nya). Ini persepsi masyarakat ya, bukan persepsi saya selaku Ahli.
Persepsi inilah yang kemudian dipergunakan sekelompok orang untuk mengiyakan pernyataan Bu Kumkum (bahwa Pak Mario Teguh lah yang selingkuh).
Namun, menurut saya, baik persepsi pertama di atas ataupun persepsi kedua sesudah itu, sama-sama bisa jadi sebuah kenyataan yang terjadi pada Pak Mario Teguh. Namun, tanpa bukti perselingkuhan, seperti yang dikatakan Bu Kumkum, tidak diperbolehkan menyatakan adanya perselingkuhan.
Itulah sebabnya saya juga turut menanti-nantikan adanya cerita lebih banyak tentang momen-momen pertemuan Bu Kumkum dengan seorang Bu Linna yang kemudian dijadikan basis pernyataan “Pak Mario Teguh selingkuh dengan Bu Linna”.
Cerita lebih banyak akan membantu kita bersama memahami lebih jelas benar atau tidaknya pernyataan tersebut.
Bila memang benar pernyataan Bu Kumkum bahwa Pak Mario-lah yang berselingkuh, bercerai dan menikah kembali, maka adalah wajar bila emosi SEDIH tidak muncul, bila Anda mempercayai persepsi kelompok masyarakat tadi di atas. Bila Anda tidak percaya pun bukanlah satu isu, karena saya juga melihat banyak pria/wanita berselingkuh/tidak,namun cerai-nikah kembali dengan orang lain, tetap menyayangi anak-anak kandungnya dari pernikahan sebelumnya.
Namun, bila pernyataan Bu Kumkum tidak benar yakni Pak Mario tidak berselingkuh, ada 2 skenario jawaban untuk kisruh ini:
- Bila ternyata test DNA menyatakan Ario bukan anak kandung Pak Mario Teguh, isu ini selesai dengan kesimpulan “Ibu Ario-lah yang selingkuh”.
- Bila ternyata test DNA menyatakan Ario anak kandung Pak Mario Teguh, saya terus terang jadi terpicu untuk mengedukasi masyarakat Indonesia tentang cara deteksi kebohongan. Bukan hanya kepada penegak hukum atau KPK, BPK, Polisi Penyidik, Jaksa hingga Hakim. Mengapa demikian ? Karena bila hal ini yang kemudian terjadi, dan terbukti memang Bu Ario pernah mengatakan “Ario bukan anak-mu” kepada Pak Mario Teguh, bukankah artinya Bu Ario berbohong dan Pak Mario Teguh saat itu tidak bisa mendeteksi kebohongan ini sehingga akhirnya Ario menjadi korban penelantaran selama bertahun-tahun ?Betapa menyedihkan bila hal ini yang sebetulnya terjadi, bukan ?
Bayangkan, gara-gara kebohongan putih demi hak asuh dan ketidakmampuan mendeteksi kebohongan putih ini, hasilnya adalah: mengorbankan anak hingga bertahun-tahun.
Anda harus belajar mendeteksi kebohongan ! Selain Anda bisa follow website saya, twitter saya @LieDetectorID, Facebook saya (Handoko Gani) atau Linkedin saya, Anda bisa pilih beberapa opsi berikut ini:
- Membeli buku saya di Gramedia terdekat berjudul MENDETEKSI KEBOHONGAN (Cek link: https://handokogani.com/buku-lie-detector/)
- Ikut seminar online saya mulai besok tgl 15 September (Cek link: http://wp.me/p4S2VJ-q0)
- Meminta HR Anda untuk memanggil saya memberikan teaser Inhouse Training (Cek link: http://wp.me/p4S2VJ-qz)
P.S:
- Buku Lie Detector (judulnya: Mendeteksi Kebohongan) habis di banyak Gramedia. Mohon japri ke me@handokogani.com atau handoko_g@yahoo.com untuk informasi lebih detail
- Untuk IHT Training, cek penawaran spesial selama Oktober: http://wp.me/p4S2VJ-qz
- Untuk Seminar Lie Detector (Seminar Deteksi Bohong) secara online dengan topik Belajar Analisa Mikro Ekspresi (Micro Expression), Analisa Gestur, ataupun Analisa Kata-Kata Verbal
- – Selama LUNCHTIME: http://wp.me/p4S2VJ-v4
- – Di malam hari, sehabis ngantor (jam 830-1030): http://wp.me/p4S2VJ-q0
Akhir kata,
bukankah Test DNA itu kunci penting dalam kasus ini sebagai “barbuk” awal yang bisa menjawab pertanyaan Anda ? Dan sekali lagi, bisa jadi jawaban atas pertanyaan penasaran masyarakat (Siapa yang selingkuh ? Pak Mario Teguh atau Ibu Ario) adalah TIDAK ADA YANG SELINGKUH, seperti saya ungkapkan alasan2nya di atas.
Namun, saya sangat menyarankan agar hasil Test DNA ini dirahasiakan kepada publik. Apapun hasilnya, saya rekomendasikan agar penyelesaian kisruh ini bisa dilakukan secara kekeluargaan saja. Ini betul-betul masalah keluarga lho ! Masalah keluarga yang akhirnya malah menciptakan rasa penasaran masyarakat.
Salam hormat,
Handoko Gani
Pendeteksi Kebohongan
Human Lie Detector Indonesia
Website: http://www.handokogani.com
Twitter: LieDetectorID
Email: me@handokogani.com ; handoko_g@yahoo.com
- Team Ahli Kepolisian untuk kasus kriminal tertentu, antara lain: kasus kopi beracun
- Narasumber Komisi Pemberantasan Korupsi dan Badan Pemeriksa Keuangan, mulai dari team HRD, Public Relation, Team Monitoring (Intel), Penyelidik, Penyidik, Penindakan hingga Jaksa Penuntut Umum, termasuk yang berlatar belakang polisi, jaksa, dan hakim.
- Narasumber berbagai perusahaan swasta
- Narasumber media, termasuk narasumber khusus Harian Kompas untuk analisa komunikasi verbal dan nonverbal dari Presiden Jokowi, dan Penulis Kolom di Kompas.com
- Penulis buku “Mendeteksi Kebohongan”
Tinggalkan Balasan