Di dalam artikel ini: (http://wartakota.tribunnews.com/2015/09/22/artis-anggita-sari-ngaku-juga-soal-nyambi-jadi-psk-elit), kita akan menemukan ada banyak ketidakselarasan pernyataan. Ketidakselarasan artinya ada kemungkinan “BOHONG” sebagai salah satu hipotesa.
Mari perhatikan judulnya dan ingat bahwa pekerjaan “PSK elit” ini hanya pekerjaan nyambi/sambilan.
Pekerjaan ini dilakoni karena AS merasa industri hiburan tidak memberikan masa depan yang cerah.
Sesuai dengan isi artikel ini, AS menyatakan bahwa ia hanya melakukan pekerjaan sambilan ini (PSK elit) saat berada di luar kota (non-Jakarta). Mengapa menjadi “PSK elit” hanya di luar kota saja, apa kaitannya dengan “masa depan (di industri hiburan) yang kurang cerah” ? Alasan yang janggal karena bila terkait “masa depan yang kurang cerah”, harusnya pekerjaan sampingan dilakukan di mana saja, termasuk tentunya di Jakarta. Justru, kita melihat alasan “butuh uang” lebih tepat sebagai alasan menjadi “PSK elit”.
Dengan kata lain, sebetulnya “PSK elit” ini pekerjaan utama atau pekerjaan sambilan?
Jawabannya tentu terletak pada “jumlah penghasilan sebagai PSK elit versus sebagai Artis/Model di dunia hiburan”. Akan sulit rasanya mempercayai bahwa sebuah pekerjaan sambilan lebih besar dari pekerjaan utama. Namun, memang kemungkinan itu ada. Dalam jangka pendek. Tidak dalam jangka panjang. Ini pemikiran subjective tentunya.
—–
Sekarang mengenai pernyataannya bahwa
- Ia trauma (?)
- Ia gak mau begitu lagi (jual diri)
- Berjanji coba hidup lurus
- Memanfaatkan gelar sarjana ekonomi untuk mencari pekerjaan lain
Ketidakselarasan tersebut terletak pada:
- Kalo PSK Elit ini pekerjaan sampingan, harusnya:
- sekarang: Artis + Side Job (PSK Elit)
- masa depan, karena mau hidup lurus: Artis + Kerja/Wirausaha sesuai gelar
Pernyataan di atas justru bermakna: masa depan, karena mau hidup lurus, padahal dunia hiburan tidak memberikan jaminan masa depan cerah, maka: stop jadi artis ==> bekerja / wirausaha sesuai gelar.
Menjadi artis sekaligus wirausaha masih memungkinkan.
Namun, bila ingin menjadi wirausaha, tenut tidak perlu menyebutkan “memanfaatkan gelar sarjana ekonomi untuk mencari pekerjaan lain”.
Jadi, pernyataan tersebut lebih mengarah kepada “Stop jadi artis dan bekerja kantoran sesuai gelar sarjana ekonomi”.
Ketidakselarasan muncul karena: bila butuh uang sesuai gaya hidup, bekerja kantoran kemungkinan juga tidak cukup.Apalagi, tidak memiliki pengalaman kerja sekian tahun. Kalo dimaksudkan “menjadi Artis sekaligus bekerja kantoran” bakal lebih tidak mungkin.
Salah satu hipotesa saya atas point 1 : pernyataan ini “BOHONG”
Namun tentunya tetap mengkonfirmasi dan mengklarifikasi kepada AS. Ini kan hipotesa. Bukan kesimpulan.
Bisa saja pernyataan ini salah kutip atau salah rangkum.
2. Lihat frase kata yang dipilih “berjanji coba hidup lurus”.
Bila kata2 ini kutipan langsung AS, kita sudah melihat adanya kecenderungan bahwa AS tidak hidup lurus dan kembali ke pekerjaan sampingan ini. “Berjanji” saja belum tentu ditepati. Apalagi, bila ditambah “berjanji coba” ? “Coba” bisa menggiring kepada hasil: “berhasil hidup lurus” dan “tidak”.
Salah satu hipotesa saya atas point 2 : pernyataan ini “BOHONG”.
Namun tentunya tetap mengkonfirmasi dan mengklarifikasi kepada AS. Ini kan hipotesa. Bukan kesimpulan.
Bisa saja pernyataan ini salah kutip atau salah rangkum.
Akhir kata, saya tentu ingin AS kembali ke jalan yang lurus. Saya berharap hipotesa ini berubah oleh mujizat Yang Maha Kuasa.
All the best, Anggita Sari.
@LieDetectorINDO
ww.handokogani.com
IG: Handoko Gani
FB: Handoko Gani
Tinggalkan Balasan