Saya tertarik menulis artikel ini setelah membaca artikel: @Metro_TV http://goo.gl/QK1HFI
Betapa ngeri-nya bila berpatokan kepada ada/tidak ada-nya atau kuat/lemahnya Eye Contact sebagai tanda ketulusan seseorang,perhatian,positivisme nya,kepercayaan dirinya,apalagi kompetensi yang seseorang miliki.
Bisa gak jadi pacaran, bisa putus, bisa cerai, rusak sebuah hubungan, hingga kehilangan materi finansial.
Saya dan Anda perlu mempelajari ilmu ekspresi secara benar dan berlatih mengaplikasikannya dengan tepat.
Memang benar kita tidak bisa memahami apa yang sebetulnya ada di hati/pikiran. Bukan hanya dari mata…bahkan mungkin dari seluruh anggota tubuh. Kita tidak tahu pandangan mata yang jatuh cinta dan tidak jatuh cinta seperti apa. Namun, pandangan mata orang yang jatuh cinta dan yang nafsu belaka telah berhasil di-deteksi: http://bit.ly/1CsaM84.
Bila sseorang melihat wajah Anda (pria/wanita) kemungkinan besar = jatuh cinta. Bila sseorang melihat wajah dan tubuh Anda (pria/wanita) kemungkinan besar = nafsu seksual.
Namun, saya kembali menekankan pentingnya melakukan cross check selanjutnya pada ke-4 kanal lainnya selain Face (Wajah), dimana mata adalah bagian dari wajah tersebut. Itupun harus Anda tambah dengan BERTANYA dan menunggu BUKTI, misalnya pengakuan resmi pria/wanita tsb tentang cinta nya pada Anda.
Karena penelitian: http://goo.gl/L7GaFx membuktikan bahwa hanya 5% tingkat akurasi bagi Saya dan Anda yg mempergunakan metode tradisional dalam mendeteksi ke #BOHONG an.
“Screeners trained with the interview technique caught about 70 percent of the deceptive passengers, while those trained with the traditional method of looking for cues detected only about 5 percent”.
Apakah metode tradisional yg dimaksud?
– Mempelajari secara otodidak –> “kata orang”
– Mempelajari analisa ekspresi secara partial, misalnya hanya Body Language saja, atau Face atau Micro Expression saja, atau Linguistic saja (Voice, Verbal Style, dan Verbal Content), dsbnya. Entah dari buku, dari pelatihan/training, dari film sperti Lie to Me – CSI – Mentalist, Sherlock Holmes, Artikel cetak atau digital, Twit orang, dsbnya
DAN:
– Melakukan analisa ekspresi dari salah satu 5 channels (Wajah,Body Language,Voice,Verbal Style, dan Verbal Content), entah berdasarkan ingatan otodidak, buku, film, pelatihan/training, artikel cetak/online, Twit orang, dsbnya.
AKIBATnya adalah: salah mendeteksi emosi seseorang atau salah mendeteksi apakah seseorang #BENAR atau #BOHONG.
EFEKnya adalah:
1. Tidak lolos interview pekerjaan; Tidak “lolos” saat seleksi calon kekasih; dsbnya
2. Pertengkaran -> karena salah deteksi emosi, misalnya lagi marah disangka lagi senang; atau karena salah deteksi ke #BOHONG an, entah believing the Lie atau disbelieving the Truth
3. Salah menangkap pelaku kejahatan atau ke #BOHONG an ; dan membiarkan pelaku sebenarnya lolos.
Riset http://goo.gl/L7GaFx inilah yang mendorong saya untuk:
1. Aktif mengedukasi via Twitter @ForensicEmotion dan Blog ini http://www.handokogani.com
2. Aktif mengadakan sharing atau workshop
agar Anda bisa mendeteksi ke #BOHONG an dengan tingkat akurasi lebih dari 5%.
Terima kasih
Keren mas. Thx untuk link http://goo.gl/L7GaFx nya 🙂