Kebanyakan orang dengan yakin-nya mengklaim dirinya adalah ahli mendeteksi ke #BOHONG an.
Tidak ada yang salah dengan hal itu. Karena, riset di luar negeri menunjukkan bahwa setiap 10 menit sekali, kita akan melakukan 2-3 kebohongan. Jadi, memang kepercayaan diri adalah modal utama dalam mendeteksi ke #BOHONG an, secara konsisten dan kontinu.
Yang perlu diluruskan adalah tolak ukur dalam menilai ke #BOHONG an tersebut.
Di dalam permainan yang sedang giat saya promosikan: game #BENARatauBOHONG, saya menemukan bahwa kebanyakan orang, baik yang secara tepat bisa mendeteksi ke #BOHONG an ataupun yang gagal, menggunakan tolak ukur yang keliru.
Beberapa tolak ukur yang seringkali menyebabkan kekeliruan adalah:
1. Wajah pucat / kurang menyakinkan = #BOHONG ?
2. Gerak kepala -> menunduk/menengadah = ber #BOHONG
3. Arah mata -> atas, bawah, kiri, kanan, tidak fokus pada lawan bicara = ber #BOHONG
4. Pegang hidung, pegang dagu, garuk leher, garuk pinggang = #BOHONG ?
5. Tangan nya bergerak-gerak,dilipat-lipat,berubah posisi melulu,dsbnya #BOHONG
6. Sikap duduk -> miring kiri,miring kanan, gelisah gerak sana sini,ubah posisi duduk,maju ke depan,mundur ke belakang = ber #BOHONG ?
7. Salah nama, salah data, salah cerita = (pasti) ber #BOHONG ? (menyembunyikan sesuatu?)
8. Banyak pausing (Jedah) = #BOHONG ?
9. Banyak “aah…uuuh…hm…” = #BOHONG ?
10. Gugup = #BOHONG ?
Itulah daftar tolak ukur yang keliru bila diterapkan secara partial/sepotong-potong.
Yang sebenarnya adalah:
Tidak ada rumusan formulasi yang pasti seperti rumus matematika/fisika. Kalau ada, maka percuma ber #BOHONG, karena pasti ketahuan.
TIDAK ADA SATU TANDA UNIVERSAL YANG MENGINDIKASIKAN KEBOHONGAN. tergantung orang-nya, tergantung konteks nya, tergantung baseline dari ke-5 channels nya, dsbnya.
*Baseline dan 5 channels akan saya jelaskan dalam pembahasan lainnya
Tinggalkan Balasan